oleh Iswan Sual
Senyum dan tawa terlukis indah
Pada wajah wanita yang tak lagi muda
Saban hari bercita menata bangsa
Mengirim harap menembus mega
Siapakah dia?
Masihkah ada
orang seperti itu?
Bukan sedikit peluh yang tercurah
Tenaga yang terkuras
Otak berkali-kali diperas
Hingga reyot melemas
Siapakah dia?
Masih adakah
orang begitu?
“Nak, belajarlah tak kenal waktu,
Terbanglah ke tempat yang kau tuju
Raih bintang gemintang
Sehingga tidak enteng kau dipandang.”
Kata-kata
siapakah itu?
Masih adakah
orang yang bicara begitu?
Lihat, siapa yang telah
Terbujur kaku disana?
Dalam diam dia bicara
Ingatkan kita tentang cita tuk nusa
Lihat! Dia
telah berhenti berdendang
Tidak lagi
menari atau menulis satu iota pun pada papan
Padahal semua
itu masih kami rindukan
Semua itu
telah hilang
ditelan menjelang Senin malam
Lihat! Lihat! Langit itu mendung
Perlambang dia juga kehilangan
Kehilangan bintang gemintang gemerlapan
Namun oleh kita sebelah mata dipandang
Ibu guru,
kepada yang kuasa
Telah
kukirimkan pesan
“Jemputlah
sang bintang tak berpantang,
Belailah dia
di atas pangkuan.”
Ibu guru, selamat jalan
Kepergianmu telah terbungkus kasih Tuhan
Semangat juangmu kan selalu kami kenang
Sebab bekal-bekalmu telah dikandung badan
Selamat jalan
ibu guru
Inilah kami
hendak mengantarmu
Pergilah kau
dengan iringan merdu
Damailah
selalu di tempat yang kau tuju